Analisis Struktur Modal

Analisis Hubungan antara Struktur Modal dengan Nilai Perusahaan.

Debt to Equity Ratio 2004 = Total Debt / Total Equity

= 0,3058 / (1 – 0,3058)

= 0,3058 / 0,6942 = 0, 4405= 44,5%

Debt to Equity Ratio 2005 = Total Debt / Total Equity

= 0,2831 / (1 – 0,2831)

= 0,2831 / 0,7169 = 0,3948=39,48%

Debt to Equity Ratio 2006 = Total Debt / Total Equity

= 0,3096 / (1 – 0,3096)

= 0,3096 / 0,6904 = 0,4484=44,84%

Debt toEquity Ratio 2007 = Total Debt / Total Equity

= 0,3253 / (1 – 0,3253)

= 0,3253 / 0,6747 = 0,4821=48,21%

Debt toEquity Ratio 2008 = Total Debt / Total Equity

= 0,3444 / (1- 0,3444)

= 0,3444 / 0, 6556 = 0,5253 = 52,53%

Tahun

Debt to Equity Ratio

Harga saham Penutupan

2004

44,50%

205

2005

39,48%

145

2006

44,84%

165

2007

48,21%

305

2008

52,53%

76


J. Fred Weston dan Thomas (1988) menyatakan bahwa dengan meningkatnya leverage, nilai perusahaan pertama-tama meningkat dan mencapai titik maksimum dan kemudian menurun. Jadi dengan kriteria nilai perusahaan ini, dapat kita jadikan pedoman dalam menentukan struktur modal perusahaan yang diinginkan. Berikut ini merupakan beberapa faktor yang menyebabkan naik turunnya nilai perusahaan yaitu penggunaan leverage dan keuntungannya terhadap pajak, dimana nilai perusahaan naik seiring dengan naiknya hutang. Dan faktor kedua adalah kemungkinan timbulnya biaya kepailitan. Meningkatnya kepailitan sebagai akibat naiknya leverage akan menyebabkan turunnya nilai perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa naiknya rasio leverage akan meningkatkan probabilitas kepailitan, dan akan meningkatkan risiko hutang dan modal. Jika biaya kepailitan cukup besar, maka dengan naiknya leverage, nilai perusahaan akan naik dan mencapai puncaknya, kemudian akan turun. Titik maksimum dalam kurva akan menunjukkan target hutang atau rasio leverage yang optimal.

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan PT. Kimia Farma, Tbk dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Dari table dan grafik tersebut dapat terlihat bahwa penggunaan hutang untuk pendanaan dalam perusahaan dari tahun 2004 hingga tahun 2008 cenderung tidak stabil. Dimana terlihat bahwa debt to equity ratio (DER) tahun 2004 sebesar 44,5% dan harga saham penutupan sebesar Rp.205,00. Ditahun 2005 mengalami penurunan yang menunjukkan angka debt to equity ratio (DER) tahun 2005 sebesar 93,48% dan harga saham penutupan menurun menjadi Rp 145,00. Sedangkan ditahun 2006 mengalami peningkatan yang menunjukkan kinerja perusahaan membaik dengan angka debt to equity ratio (DER) sebesar 44,84% dan harga saham penutupan sebesar Rp. 165,00. Ditahun 2007 mengalami peningkatan yang menunjukkan kinerja perusahaan semakin membaik dari tahun 2006, dengan debt to equity ratio (DER) sebesar 48,21% dan harga saham penutupan naik menjadi Rp. 305,00. Dan mengalami penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008 yang menunjukkan kinerja perusahaan menurun yang ditunjukkan oleh debt to equity (DER) tahun 2008 sebesar 52,53% dan harga saham turun menjadi Rp.76,00. Dengan demikian, kelompok kami menyimpulkan bahwa makin tinggi debt to equity ratio maka makin tinggi pula harga saham penutupan, yang ditunjukkan pada table diatas.

Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk deviden). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan tentunya akan berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di pasar modal. Dengan demikian, semakin baik kinerja perusahaan, maka semakin tinggi pula daya tarik saham perusahaan tersebut. Hal inilah yang akan menjadi daya tarik bagi investor karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan.

Dari grafik di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada tahun 2006 dan 2007 PT .Kimia Farma,Tbk menunjukkan kinerja yang baik. Sehingga peningkatan harga saham terjadi pada tahun 2006 dan 2007, akan tetapi peningkatan ini tidak disertai dengan penurunan nilai hutang perusahaan yang menyebabkan pada tahun 2008 para pemegang saham banyak yang melepas kepemilikannya dan terjadi penurunan harga saham yang sangat signifikan.


Analisis Manajemen Modal Kerja Perusahaan

Dalam penggunaan Net Working Capital, jika semakin besar kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya pada saat jatuh tempo. Aktiva lancar merupakan sumber-sumber penerimaan kas dan hutang lancar adalah sumber-sumber pengeluaran kas. Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa net working capital dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan tidak mengalami penurunan sampai ditahun 2008.Hal ini menunjukkan bahwa terjadi adanya peningkatan modal kerja bersih dari tahun ke tahun. Semakin besar jumlah Net Working Capital yang dimiliki maka semakin kecil resiko yang dihadapi perusahaan hal ini menunjukkan semakin likuid keadaan perusahan tersebut.

NOWC merupakan aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar yang tidak dikenakan bunga dan seringkali terdiri dari kas dan sekuritas, piutang dan persediaan, dikurang hutang dagang dan kewajiban akrual. NOWC digunakan untuk melihat bagaimana hutang lancar digunakan untuk, membiayai aktiva lancar. Faktor penting yang cukup mempengaruhi adalah jumlah pembelanjaan jangka pendek yang terbatas.

NOWC PT Kimia Farma,Tbk mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan semakin menurunnya kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva lancar dan hutang lancar dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan modal kerja untuk kegiatan operasi yang dimiliki dari tahun ke tahun pun semakin sedikit. Hal ini dapat berpengaruh pada profitabilitas perusahaan, karena semakin sedikit modal kerja operasi yang dimiliki semakin terbatas pula kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasinya. Secara garis besar, dengan melihat kondisi NWC maupun NOWC PT Kimia Farma,Tbk yang dari tahun ke tahun membaik, meskipun terjadi sedikit penurunan di periode 2008. Hal ini dapat diartikan bahwa jumlah aktiva lancar yang dimiliki pada tahun 2008 ternyata tidak cukup besar untuk menutup hutang lancarnya, maka dapat dikatakan PT Kimia Farma,Tbk berada pada tingkat keamanan (margin or safety) yang kurang memuaskan.

b. Cash Conversion Cycle (CCC) perusahaan dari tahun 2004-2008

2004 : 51,75

2005: 72,65

2006: 41,57

2007: 53,2

2008: 70,14

CCC (Cash Convertion Cycle) dari suatu perusahaan merupakan jangka waktu yang diperlukan sejak perusahaan mengeluarkan uang kas untuk membeli bahan-bahan mentah sampai dengan pengumpulan hasil penjualan barang jadi yang dibuat dengan bahan mentah tersebut.Semakin singkat siklus konversi kas maka hal ini akan memperlancar kegiatan operasi perusahaan.

Pada Siklus konversi kas di PT Kimia Farma,Tbk dari tahun ke tahun semakin panjang, hal ini menyebabkan jumlah kas yang dimiliki semakin sedikit yang dapat digunakan untuk modal kerja perusahaan, sehingga semakin tinggi pendanaan eksternal dan semakin besar biaya yang dibutuhkan. Semakin pendek CCC maka semakin baik karena tingkat konversi aktiva ke kas semakin cepat


0 komentar: